AWAS, Potensi Wabah Virus Nipah Ke Indonesia

Oleh Unggung Rispurwo, 30/09/2023

Ilustrasi

Bagikan:

86

BERITASAE.ID - JAKARTA. Baru saja pandemi Covid-19 memporak porandakan dunia, kini muncul potensi wabah penyakit baru bernama virus Nipah (NiV) tengah menjadi perhatian di sektor kesehatan global.

Sejumlah Ilmuan berulang kali memperingatkan tentang penyakit zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia, yang berpotensi memicu petaka baru.

Teranyar, Enam orang di Negara Bagian Kerala, India, terinfeksi virus Nipah pada akhir Agustus 2023. Dua di antaranya meninggal dunia. 

Pemerintah setempat bahkan menutup beberapa sekolah, kantor, dan jaringan transportasi umum untuk menghentikan penyebaran.

Wabah Nipah di Kerala tahun ini, menjadi kasus keempat yang tercatat di wilayah tersebut. 

Dilansir Reuters, lebih dari 700 orang, termasuk petugas kesehatan, telah dites untuk mendeteksi penyebaran virus. Pada wabah Nipah pertama di Kerala 2018, sebanyak 21 orang yang terinfeksi virus Nipah meninggal. 

Adapun wabah virus Nipah pada 2019 dan 2021 di Kerala, menewaskan dua orang.

Sebelumnya, di awal tahun ini, ada 8 kasus kematian akibat virus Nipah di Bangladesh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sejak 4 Januari hingga 13 Februari 2023 di Bangladesh, total ada 11 kasus konfirmasi virus Nipah dengan satu di antaranya probable. 

Infeksi virus Nipah di Asia Tengah ini berulang kali terjadi dan memiliki tingkat kematian kasus (CFR) hingga 73 persen.

Virus Nipah dibawa oleh kelelawar buah (Pteropus) yang dapat menginfeksi penyakit tersebut ke hewan peliharaan seperti babi, yang kemudian menular pada manusia. 

Virus Nipah menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh dari hewan atau manusia yang terinfeksi.

WHO mencatat lebih dari 600 kasus infeksi virus Nipah pada manusia dilaporkan antara tahun 1998 dan 2015. 

WHO juga telah memasukkan virus Nipah sebagai salah satu dari beberapa penyakit yang berpotensi menyebabkan epidemi global.

Bagaimana Situasi di Indonesia

Melalui keterangan resminya, Kementerian Kesehatan menegaskan, belum ada kasus virus Nipah di Indonesia saat ini. Namun untuk menerapkan kewaspadaan, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan No. HK.02.02/C/4022/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah.

Edaran ini ditujukan kepada kepada pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan para pemangku kepentingan terkait.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dinkes prov/kab/kota, dan fasyankes diminta untuk melakukan pemantauan kasus dan negara terjangkit di tingkat global melalui kanal resmi Kemenkes dan WHO.

Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

“Mengingat letak geografis Indonesia berdekatan dengan negara yang melaporkan wabah, sehingga kemungkinan risiko penyebaran dapat terjadi,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, Senin, 25 September 2023 lalu.

Risiko Virus Nipah di Indonesia

Epidemiolog dan peneliti kesehatan global Griffith University, Dicky Budiman menjelaskan, ada kemungkinan virus Nipah yang kini ditemukan di Kerala, India dan Bangladesh telah mengalami mutasi. Virus yang bermutasi memiliki potensi lebih menular dari sebelumnya.

“Kasus di Bangladesh dan di India ternyata strain-nya berbeda artinya sudah ada mutasi. Kemudian terdeteksi bahwa terutama dari riset yang dilakukan di Bangladesh, terjadi peningkatan kasus infeksi antarmanusia,” ujar Dicky seperti dikutip Tirto.id, Rabu (27/9/2023).

Dicky menuturkan, wabah Nipah pertama tercatat pada 1998 di kalangan peternak babi di Malaysia. Kasus pertama ini menyebabkan hampir 300 orang di Malaysia terinfeksi dan lebih dari 100 orang tewas.

Penyakit ini kemudian menyebar ke Singapura dengan 11 kasus dan satu kematian. Namun sejak itu, belum ada laporan lagi kasus Nipah di Malaysia.

“Mutasi ini relatif terjadi dalam konteks India dan Bangladesh ini. Lebih mengkhawatirkan ya dibandingkan waktu Malaysia, dan inilah kenapa setiap outbreak Nipah itu harus menjadi perhatian sekecil apa pun,” jelas Dicky.

Menurutnya, risiko Nipah di Indonesia menjadi besar karena keberadaan kelelawar buah yang membawa virus ini juga ada di Indonesia. Indonesia juga cenderung buta dengan situasi wabah, karena deteksi dan surveilans yang lemah.

Wabah Nipah berulang di Bangladesh dan di Kerala, India, menjadi sinyal pergeseran ruang hidup kelelawar buah yang semakin dekat ke lingkungan manusia. Kendati demikian, kata Dicky, potensi pandemi virus Nipah masih kecil terjadi.

“Tapi kalau kita membiarkan virus ini menginfeksi manusia lebih banyak, dia akan lebih efektif menginfeksi lebih cepat,” tegas Dicky.

Hingga saat ini, kata Dicky, belum ada vaksin untuk mengatasi virus Nipah. Meski ada pengembangan pembuatan vaksin Nipah, proses yang dilakukan masih berjalan lambat. 

Adapun gejala penyakit ini meliputi demam hebat, muntah, dan infeksi saluran pernapasan. Pada kasus yang parah, dapat menimbulkan kejang dan peradangan otak.***

Tag: Awas potensi Wabah Virus Nipah hewan