Oleh Unggung Rispurwo, 06/03/2024
BERITASAE.ID - CISARUA. Masyarakat kota Bandung dihebohkan dengan kedatangan gerombolan monyet ekor panjang dan menjadi viral di media sosial beberapa waktu terakhir.
Gerombolan monyet ekor panjang tersebut secara tiba-tiba muncul di beberapa titik di pusat kota Bandung seperti di Dago, Kiaracondong, dan Cibiru.
Menanggapi hal itu, aktivis lingkungan dan pencinta hewan liar, Steve Ewon memberi tanggapan atas fenomena monyet ekor panjang yang turun gunung di Kota Bandung.
Steve Ewon, menjelaskan perihal fenomena tersebut, yang menurutnya merupakan bentuk pesan alam bahwa lingkungan ini sudah rusak.
"Kondisi seperti ini adalah pesan alam kepada manusia bahwasanya lingkungan sekitar kita sudah rusak," tegas Steve Ewon.
Steve Ewon menegaskan bahwa keluarnya mahluk-mahluk hutan itu dari habitatnya, menandakan sudah terjadi ketimpangan ekosistem.
Ketimpangan ini bisa didorong beberapa faktor, di antaranya ketersediaan makanan yang sudah berkurang.
“Mereka harus survive (bertahan hidup) sementara makanan di hutan terbatas sementara populasi mereka semakin banyak sehingga mereka mulai merambah ke rumah warga,” ujar Steve Ewon, Selasa (5/3/2024).
Seperti diketahui, saat ini cuaca di Indonesia, termasuk Jawa Barat sedang memasuki musim hujan. Secara asumsi, makanan di hutan seperti buah-buahan serta dedaunan sedang subur-suburnya.
Menggapai hal itu, Steve Ewon mengatakan, bisa jadi kawanan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) itu sedang mengalami alih adaptasi.
Mereka tahu bahwa manusia cukup mudah memberinya makanan, sehingga tak takut merambah ke habitat manusia.
“Mereka memiliki sifat adaptif terhadap manusia, karena sangat suka ketika dikasih makanan oleh manusia, sehingga masuk ke permukiman bukan persoalan bagi mereka,” kata presenter program Jejak Rimba MNC TV ini.
Terlebih, monyet ekor panjang merupakan primata paling adaptif dibandingkan spesies lainnya.
“Lihat saja, mereka paling mudah dijinakkan, tidak takut manusia, contohnya doger monyet yang jadi dijadikan hiburan anak-anak, kan jenisnya monyet ekor panjang,” terang ahli animal hypnotherapist ini.
Kemungkinan lainnya, lanjut Ewon, kenapa monyet-monyet itu turun gunung, bisa dipicu oleh persaingan antar kelompok karena terjadinya over populasi. Sedangkan ketersediaan makanan dan luasan teritorial semakin berkurang.
Dengan demikian tidak ada pilihan lain untuk bertahan hidup, akhirnya kawanan monyet itu merambah permukiman warga yang bebas dari persaingan dengan sesama mereka.
“Saya punya pengalaman langsung waktu di Pangalengan (Kabupaten Bandung, Jawa Barat) memediasi konflik antara monyet dengan manusia, penyebabnya ya berkaitan dengan sumber makanan mereka yang semakin berkurang di hutan,” katanya.
“Maka, fenomena monyet merambah permukiman ini pada intinya adalah pesan alam, bahwa alam sudah rusak, sudah terjadi ketimpangan ekosistem,” ungkap Steve Ewon, penyandang nama asli Yanto Bin Surya ini.
Adapun, Steve Ewon yang akrab dengan bintang jenis reptil ini aktif di beberapa komunitas lingkungan, di antaranya di Yayasan Lingkar Gunung Indonesia sebagai Panglima Ksatria Lingkungan Hidup, Komunitas Pohon Indonesia (KPI), komunitas reptil dan lainnya.***
Rekomendasi Artikel
Artikel Terpopuler