Oleh Unggung Rispurwo, 04/10/2023
BERITASAE.ID - KERTAWANGI. Kepala Desa Kertawangi Yanto Bin Surya atau sering disapa Steve Ewon mengungkapkan jika dalam memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah kepada masyarakat dibutuhkan Champion-champion lokal sebagai contoh.
Seperti Kampung Kurang Sampah yang digagas Steve Ewon 3 tahun lalu bersama beberapa RW dan warga Desa Kertawangi sehingga persoalan sampah di desa tidak pernah menjadi persoalan.
"Dibutuhkan contoh-contoh keberhasilan sebuah program seperti yang kita lakukan di Desa Kertawangi, kita harus publikasikan sebagai bentuk edukasi sederhana dan mudah untuk di cerna," kata Steve Ewon.
Menurut Steve Ewon, masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah, membuat persoalan sampah tidak akan pernah tuntas.
Selain di Desa Kertawangi, Steve Ewon memberikan contoh di daerah lain seperti yang dilakukan para pemuda di Dusun Jlamprang, Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah bertekad membentuk bank sampah.
Warga di Dusun Jlamprang saat itu membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai. Kemudian para pemuda menyusun Ide pembuatan bank sampah muncul tahun 2021.
Menurut Steve Ewon peran pemuda di desa Jlamprang patut diapresiasi dan ini pun merupakan salah satu contoh atau champion lokal yang harus terus dikembangkan.
Mereka membentuk enam kelompok, yang berisi 8 hingga 10 orang. Kelompok tersebut bergantian mengambil sampah.
"Luar biasa sekali, mereka bergantian mengambil sampah dari rumah ke rumah setiap Minggu pagi. Awalnya mereka memberikan karung ke setiap rumah yang bergabung dalam gerakan tersebut, lalu sampah dalam karung kami ambil," ungkapnya.
Steve Ewon menjelaskan jika menurut Surahman, sebagai koordinator saat awal memulai gerakan mengambil sampah tersebut, banyak pro-kontra di antara warga.
"Namun para pemuda tetap bersemangat untuk terus melakukan penanganan sampah, melalui pendekatan dan penjelasan satu demi satu warga yang menolak," ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, kesadaran warga disana mulai tumbuh. Setiap rumah juga ditarik iuran bulanan untuk sampah Rp 10.000.
"Awalnya kita menyewa mobil untuk membuang sampah di TPS di Desa Gemawang. Kemudian dari pembayaran retribusi untuk di TPS masih ada sisa, akhirnya kita bisa membeli mobil," kata Surahman.
Surahman mengungkapkan, awalnya mobil pengangkut sampah tersebut dibeli dengan meminjam dana dari bank.
Warga yang ikut program tersebut, saat ini mencapai 100-an rumah. Dengan pendapatan sekira Rp 1 juta, dipotong Rp 300.000 untuk operasional per bulan, sisanya dimasukkan sebagai uang kas kegiatan pemuda.
Steve Ewon berharap pola pengelolaan sampah tersebut dapat dilaksanakan di daerah lain khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Bandung Barat.***
Rekomendasi Artikel
Artikel Terpopuler