Oleh Unggung Rispurwo, 01/11/2024
BERITASAE.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena iklim La Nina bakal terjadi tahun ini di Indonesia. Berikut penjelasannya.
BMKG mengungkap hasil analisis dinamika atmosfer Dasarian II Oktober menunjukkan hasil monitoring indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan indeks IOD yang melewati batas ambang IOD negative (indeks -1,11), namun baru berlangsung satu dasarian, sehingga statusnya tetap IOD netral.
"Anomali SST di Nino3.4 juga menunjukkan kondisi yang melewati batas ambang La Nina dengan indeks (indeks -0,64), namun baru berlangsung satu dasarian sehingga statusnya tetap ENSO netral," demikian keterangan BMKG dalam laman resminya.
Ini berarti, hampir bisa dipastikan fenomena La Nina akan terjadi tahun ini.
"La Nina IOD Netral diprediksi berlangsung hingga awal tahun 2025. Sementara itu, ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina lemah mulai Oktober 2024," ujar BMKG.
IOD adalah fenomena iklim yang terjadi di Samudera Hindia. IOD diidentifikasi sebagai perbedaan suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) antara wilayah Timur dan Barat Samudera Hindia.
Fenomena ini secara signifikan mempengaruhi pola cuaca dan iklim di wilayah sekitarnya, termasuk sebagian wilayah Afrika, Asia Tenggara, dan Australia. Oleh karena itu, indeks iklim IOD diawasi secara ketat oleh para peramal cuaca, karena dampak fenomena ini terhadap rentang waktu sub-musiman dan musiman.
IOD dapat dianggap sebagai cabang Samudera Hindia dari Cell Walker, yang terkait dengan ENSO.
Sementara, ENSO merupakan siklus iklim yang ditandai dengan pendinginan (La Nina, di bawah -0,5 derajat Celsius) dan pemanasan (El Nino, di atas 0,5 derajat Celsius) permukaan laut di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur.
Ini adalah salah satu pola cuaca terkuat dan paling mudah diprediksi yang mempengaruhi iklim global.
Deputi bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengonfirmasi tanda-tanda tersebut. Kendati begitu, ia belum bisa mengonfirmasi La Nina.
"Betul [muncul pertanda La Nina tapi belum bisa dikonfirmasi]. Lebih dari 1 bulan [waktu yang menunjukkan tren yang dibutuhkan untuk mengonfirmasi La Nina]," kata Ardhasena, mengutip CNBC Indonesia.
Dampak La Nina
Menurut BMKG, saat fenomena La Nina berlangsung, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami peningkatan curah hujan sebanyak 20 hingga 40 persen pada periode Juni-Juli-Agustus dan September-Oktober-November.
Sedangkan, pada periode Desember-Januari-Februari dan Maret-April-Mei, sebagian wilayah barat Indonesia mengalami peningkatan curah hujan karena pengaruh angin monsun.
"Namun demikian, bukan diartikan tidak ada kemarau sama sekali, hanya saja terjadi peningkatan curah hujan dalam periode tersebut sehingga seringkali disebut sebagai kemarau basah," kata BMKG.
Selama fenomena La Nina, ada sejumlah bencana yang berpotensi terjadi. Secara umum bencana-bencana tersebut berkaitan erat dengan hidrometeorologi.
Dengan peningkatan curah hujan saat La Nina, kemungkinan bencana yang dapat terjadi adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, bahkan badai tropis.***
Rekomendasi Artikel
Artikel Terpopuler